Budgetting 2021 hingga 2023

Budgetting Dari Tahun 2021 Hingga 2023: Bagaimana Hasilnya?

Horas Sahabat Koas2Doctor! Mohon maaf banget nih kita vakum hampir 7 bulan. Apa kabarnya? Semoga baik dan sehat selalu. Banyak hal yang terjadi selama 6 bulan terakhir dimana kami harus memilih antara website blogpost ini atau podcast, dan podcast lah yang diutamakan. Kali ini kami akan kembali posting regular dan semoga dapat diterima dengan baik. Dimulai dengan tema budgetting dari tahun 2021 hingga 2023, apa hasil dan pelajaran yang bisa gua peroleh?

Baca Juga: Total Uang Koas FK UPH 2022/2023

Seperti yang kita tahu pada masa pandemi, banyak hal yang terjadi dan perubahan-perubahan yang sebelumnya kita anggap tidak mungkin terjadi, terjadilah. Sebelum pandemi, yang which is pas itu baru banget gua selesai UKMPPD, tidak terbesit sekalipun untuk mengatur keuangan.

“Untuk apa sih ngatur keuangan, punya duit aja belum”

Dan pikiran itu bukan hanya terbesit setelah lulus dari UKMPPD dan dihantam dengan realita harus internship dan mencari duit, namun ketika dari pre-klinik sudah memegang uang pun tidak pernah ada budgetting yang gue lakukan sehari-hari. Bahkan, tidak jarang dalam satu bulan gue meminta uang jajan tambahan dikarenakan terlalu boros. Yep, that’s me.

Kemudian pas pandemi, banyak hal yang terjadi – salah satunya adalah ekonomi yang memburuk. Semua sektor terkena imbas dari dampak ekonomi, dari yang kehilangan pekerjaan sampai yang harus terjebak pinjaman akibat dampak tidak dapat membayar kredit cicilan. Bagi kita yang belum bekerja atau yang keluarganya masih diberkati dan dilindungi sehingga tidak terlalu terdampak secara finansial, mungkin kita memiliki lebih banyak waktu santai yaitu membaca, memasak, jualan kecil-kecilan, menjadi influencer, dan hal-hal lain yang tidak dapat kita lakukan akibat rutinitas yang menggerogoti waktu kita.

Salah satunya mungkin adalah terpapar dengan konten literasi finansial.

Pada waktu pandemi, salah satu konten yang sedang naik daun adalah Dissecting Money. Sebuah blog dan podcast yang diusung oleh dr. Jephtah Tobing, SpOT (sekarang konsultan spine), dimana beliau mengajarkan, mengedukasi, dan meningkatkan awareness mengenai literasi finansial, terutama di kalangan dokter.

I devoured his content.

Mata gua terbuka akan pentingnya literasi finansial, mulai dari budgetting terlebih dahulu untuk memastikan sebagai langkah awal fondasi keuangan yang sehat. Seringkali orang-orang langsung berfikir ke investasi, merogoh kocek ratusan hingga jutaan untuk kelas-kelas terbaru yang mengajarkan cara trading dan investasi. Ada juga yang langsung mengikuti trend-trend seperti robot trading, bitcoin, NFT, dan lain sebagainya. Dissecting money juga mengajarkan bagaimana caranya supaya tidak terjebak untuk hal-hal seperti itu. Mulailah gua merencanakan budget yang dimulai dari tahun 2021 hingga sekarang di tahun 2023 dan baru gua melihat lagi hasil dari budgetting gue.

Mulai saja dulu dari budgetting – you will thank your past self later. And I did.

Nah, disini gua akan membeberkan apa hasil budgetting gua. Let’s define some boundaries here. Gua cuma akan menspill savings rate gua. Dikarenkan gua masih belum nyaman menspill gaji gue, dan anyway bukan sebuah nominal yang bisa diflex juga. Ada beberapa catatan juga yaitu gua memiliki spending rutin seperti monthly gym membership sebesar 220 ribu, obat-obatan rutin untuk keluarga berkisar di 200 hingga 600 ribu sebulan, asuransi pribadi, dan donasi 10% dari gaji yang gua terima per bulan (sebelum dipotong spending), serta 500 ribu untuk kontrol kawat gigi per bulannya.

Gua mulai melakukan budgetting dari Agustus 2021 dan savings rate gue berkisar di antara 20-60%. Gua bukan tipe yang spending untuk hal-hal seperti baju, tas, nongkrong di kedai kopi, atau beli gadget. Tapi gua sering banget beli buku di tahun 2021, terutama karena pandemi, banyak buku yang didiskon, banyak Big Bad Wolf sale, jadi jujur gua tergiur untuk menghabiskan gaji gua disana. Income gue di tahun ini berasal dari internship dan freelance. Gua akan membahas lebih lanjut tentang pekerjaan freelance gua di blogpost yang akan datang.

Di tahun 2022, gua mulai bekerja di awal Februari, dan di tahun ini savings rate gua hanya 18.3% dengan rentang savings 3 – 52%. Di tahun ini, gua udah mulai membayarkan asuransi pribadi sendiri (yang sebelumnya dibayarkan orang tua). Di bulan Januari, savings rate gua hanya 8%. Alasannya? Income dari internship sudah kepotong dan bergantung purely dari freelance. Tapi, tentu tidak menjelaskan mengapa savings rate gua hanya 3% pada suatu bulan. Turns out, sesuai kata Dissecting Money, income lu naik bukan berarti savings rate lu auto naik, terutama kalau lu tidak disiplin.

And I was not disciplined enough.

Di tahun 2022 itu adalah tahun pertama dimana gua merasakan income double digit dan gua pikir “Ga mungkin lah ya gua bisa habis banyak – toh income gue sudah jauh lebih banyak”. And my spending did not increase. Gua juga sudah mencut down untuk membeli buku dan lifestyle gua tidak ada perubahan sama sekali. Lalu, bocornya dimana?

Pertama, asuransi gua pada saat itu kemahalan. To be fair, orang tua gua yang mensign up untuk asuransi gue, but to be completely honest ya salah gua juga sih. Tidak mendouble-check apa yang gua beli dan seterusnya. Akhirnya at the end of the year gua memutuskan untuk menurunkan premi asuransi gue, sesuai dengan kebutuhan. Second of all, dan menurut gue penyebab yang paling membuat gua boros setahun itu adalah mengikuti kegiatan pelatihan dan simposium di Jakarta. Kalau my memory serves me right, ada 3 pelatihan di Jakarta yang gua ikutin yaitu APRC, Resusitasi Neonatus, dan Konsultan Manajemen Kesehatan. Bila dihitung untuk biaya tiket bolak balik pesawat, biaya Grab, jalan-jalan (catch-up dengan teman), maka bisa habis gaji sebulan untuk satu kali acara di Jakarta. Excluding January, ada tiga bulan dimana savings rate gua itu 10% dan kebawah. Lastly, gua juga masih mengikuti pelatihan zoom online yang berbayar dan masih gemar membeli buku-buku, baik itu buku pelajaran ataupun novel. So yeah, there goes my money in 2022.

Nah, di tahun 2023 gua harusnya lebih baik lagi dong since ga ada pelatihan lagi? Wrong! Sampai dengan bulan income gua di bulan Juni ini, savings rate gua hanya bertengger di 10.6%, jauh lebih rendah dari bulan-bulan kemarin. Loh kok? Bocor dimana?

So, di tahun ini gua sedang mencoba untuk mendaftar PPDS dan let me tell you, biayanya sama sekali tidak murah. Dari persiapan les untuk SIMAK, les untuk prodi, tiket bolak balik ujian psikotes, prodi, dan wawancara, semuanya memakan biaya yang tidak murah. Bahkan, di bulan ujian prodi dan wawancara, savings rate gua 0%. It’s that bad. Tapi seengaknya gua ga perlu berhutang untuk mencover those expenses.

Apa pelajaran yang bisa gua petik dari sini?

Budgetting is crucial. Gua jadi tahu seberapa borosnya gua sehari-hari. Even dengan budgetting, savings rate gua masih rendah sekali, padahal biaya yang keluar untuk pengeluaran aneh-aneh hampir tidak ada. Gua tidak bisa membayangkan kalau gua ga budget, pasti amburadul semuanya keuangan gue. So, bagi kalian yang belum melakukan budgetting, start now. Cukup ngebuka excel aja, sisanya tinggal menginput pengeluaran bulanan, ga bakal memakan waktu lebih dari 30 menit per bulannya kalau sudah terbiasa.

Sekian untuk topik kita kali ini mengenai Budgetting dari tahun 2021 hingga 2023 dan apa hasil yang gua peroleh. Kalian suka dengan topik seperti ini? Let us know in the comments section dan we will be back with some other topics! See you guys!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEnglish