PERDOSSI

Catatan Koas2Doctor: Guillain Barre Syndrome Update

DISCLAIMER:

Seluruh materi merupakan milik penyelenggara webinar. Koas2Doctor hanya membantu untuk menyediakan catatan tertulis berdasarkan webinar yang telah diupload ke youtube atau platform sosial lainnya secara terbuka. Anda sangat disarankan untuk menonton webinar secara full dan tidak memercayai apa yang kami catat 100%.

Baca Juga: Catatan Koas2Doctor: Stroke Update

Link Webinarjam: https://event.webinarjam.com/replay/25/09905f88aprbr2blm

Topik 1: Overview Guillain Barre Syndrome Update, What Should We Know? (Dr. dr. Kiking Ritarwan, Sp.S(K),MKT)

Introduction

  • An inflammatory disease of the PNS and is the most common cause of acute flaccid paralysis
  • Insidensi global sekitar 1-2 per 100,000 orang per tahun
  • Insidensinya meningkat sesuai usia, biasanya sekitar usia diatas 40 tahun
  • Lebih sering di laki-laki dibanding perempuan
  • Perjalanan penyakit monofasik dan berpotensi fatal
  • Biasanya dicetuskan oleh infeksi
Gambar 1. Tipe GBS dan Patofisiologinya
Gambar 1. Tipe GBS dan Patofisiologinya
Gambar 2. Patogenesis GBS
Gambar 2. Patogenesis GBS

Patogenesis Guillain Barre Syndrome

  • Infiltrat inflamasi (Sel T dan aktivasi komlemen) = AIDP
  • Demyelinisasi segmental dengan gejala degenerasi akson 2nd order = AMAN

Etiologi

  • Molecular mimicry daripada antibodi terhadap Campylobacter jejuni
  • Lebih dari dua per tiga pasien denga GBS datang dengan gejala infeksi respirasi atau digestif dalam waktu 6 minggu sebelum onset.
  • Etiologi non-infeksi: administrasi gangliosida, vaksinasi (H1N1 influenza), imunosupresi (dengan terapi anti-TNF alfa), pembedahan

List Bakteria dan Virus Penyebab Pencetus Guillain Barre Syndrome

  • Mycoplasma pneumonia
  • Haemophilus influenza
  • Salmonella species
  • Mycobacterium bovis
  • Brucella
  • Orientia tsutsugamushi
  • Legionella pneumophila
  • Baronella henselae
  • Helicobacter pylori
  • Francisella tularensis
  • Borrelia, cytomegalovirus
  • Epstein-Barr virus
  • Varicella-zoster virus
  • Influenza virus
  • Human immunodeficiency virus
  • Parainfluenza virus type 1
  • Adenovirus
  • Herpes simplex virus
  • Hepatitis (A,B, dan E)
  • Japanese encephalitis virus
  • West nile virus
  • Enterovirus
  • Hantavirus
  • Measles
  • Parvovirus
  • Norovirus
  • Parechovirus
  • Coxsackieviruses
  • Echovirus
  • Mumps
  • Rubella
  • Polio (wildtype 3)
  • Dengue
  • Chikunguya
  • Zika viruses

Hubungan Infeksi dengan Guillain-Barre Syndrome

  • Kriteria yang perlu dipenuhi sebelum molecular mimicry dapat terpenuhi:
  • Bukti epidemiologi yang menghubungkan agen infeksius atau eksogen dengan penyakit autoimmun
  • Identifikasi dari response sel T atau antibodi spesifik terhadap target autoantigen
  • Identifikasi struktur homologi antara agen infeksius atau substansi eksogen dan target autoantigen
  • Reproduksi penyakit autoimun setelah imunisasi terhadap agen infeksius pada model hewan
  • GBS subtipe aksonal adalah satu-satunya penyakit autoimun yang memenuhi empat kriteria molecular mimicry.

Campylobacter jejuni

  • Case Fatality Rate: 0.05 per 1000 infeksi dengan gejala penyakit gastrointestinal akut dengan demam, diare tanpa atau dengan darah dan abdominal cramps.
  • Onset diare dan terjadinya gejala neurologis adalah 10 hari dengan interval terpendek adalah 3 hari.
  • Pasien dengan GBS tipe AMAN akibat C. jejuni biasanya ada antibodi IgG terhadap GM1 dan GD1a.
  • Homologi struktural antara permukaan bakteri (lipooligosakarida) dan tetrasakarida terminal dari GM1 merupakan bukti kuat pertama dari molecular mimicry
  • SGD1a-like LOS juga ditemukan pada C.jejuni dengan strain yang sama.
  • Gangliosida adalah sialic acid containing subgroup of glycosphingolipids dengan asam N-asetilneuraminic yang terhubung dengan oligosaccharide core portion yang diekspresikan pada permukaan sel.
Gambar 3. Serum Antibodi Terhadap Gangliosid Spesifik
Gambar 3. Serum Antibodi Terhadap Gangliosid Spesifik
Gambar 4. Spektrum Gangguan GBS dan Antibodinya
Gambar 4. Spektrum Gangguan GBS dan Antibodinya
Gambar 5. Hubungan Antara C.jejuni dan GBS
Gambar 5. Hubungan Antara C.jejuni dan GBS

Perjalanan Penyakit GBS

Manifestasi klinis terlihat dalam 8 minggu pertama

Gambar 6. Hubungan Antara C.jejuni dan GBS
Gambar 6. Hubungan Antara C.jejuni dan GBS

Kerusakan Saraf pada GBS

  • AIDP dikarakteristikkan dengan demielinisasi segmental dengan infiltrat sel inflamasi.
  • AMAN dikarakteristikkan dengan degenerasi syaraf motor aksonal tanpa adanya demielinisasi atau infiltrat inflamasi.
  • Untuk FS dan BBE, gambaran patologis masih belum jelas.
Gambar 7. Demielinisasi dari sel saraf
Gambar 7. Demielinisasi dari sel saraf
Gambar 8. Subtipe GBS
Gambar 8. Subtipe GBS
Gambar 9. Subfenotipe GBS
Gambar 9. Subfenotipe GBS
Gambar 10. Manifestasi Gejala Varian GBS
Gambar 10.. Manifestasi Gejala Varian GBS
Gambar 11. Varian GBS
Gambar 11. Varian GBS
Gambar 12. Kriteria Diagnosis GBS
Gambar 12. Kriteria Diagnosis GBS
Gambar 13. Kriteria Yang Membuat Diagnosis GBS Meragukan
Gambar 13. Kriteria Yang Membuat Diagnosis GBS Meragukan
Gambar 14. Manifestasi Klinis GBS, MFS, dan Subtipenya
Gambar 14. Manifestasi Klinis GBS, MFS, dan Subtipenya

Diagnosis Diferensial GBS

  • Peripheral Neuropathy (Infection, Toxin, Tics paralysis, lyme disease, porphyria)
  • Neuromuscular junction disorders (MG, botulism, Lambert eaton myasthenic syndrome)
  • Spinal cord involvement
  • Anterior horn cell movement (poliomyelitis)
  • Muscle disorders (Acute myositis, periodic paralysis)
  • Brainstem stroke
  • Brainstem encephalitis
  • Wernicke encephalopathy
Gambar 15. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (1)
Gambar 15. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (1)
Gambar 16. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (2)
Gambar 16. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (2)
Gambar 17. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (3)
Gambar 17. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (3)

Erasmus GBS Respiratory Insufficiency Score (EGRIS)

  • Memperkirakan perkembangan insufiensi pernafasan dalam1 minggu pada pasien dengan GBS
  • 0-2: resiko rendah untuk intervensi mekanik (4%), skor 3-4: resiko menengah untuk intervensi mekanik (24%), skor ≥5 indikasi yang tinggi untuk intervensi mekanik (65%).
Gambar 18. EGRIS Score
Gambar 18. EGRIS Score
Gambar 19. MEGRIS Score
Gambar 19. MEGRIS Score
Gambar 20. SGB Skoring Disabilitas
Gambar 20. SGB Skoring Disabilitas
Gambar 21. Algoritma Tatalaksana GBS
Gambar 21. Algoritma Tatalaksana GBS

Tatalaksana GBS

  • IVIG: Dosis anak 1-2 g/kgBB IV, selama 2-3 hari; dosis dewasa 400 mg/kgBB IV selama 5 hari berturut-turut dalam 14 hari sejak onset GBS
  • Plasma exchange dosis 4-6 kali exchange selang satu hari antar prosedur
Gambar 22. Perbandingan IVIG, Kortikosteroid, dan Plasma Exchange dalam GBS
Gambar 22. Perbandingan IVIG, Kortikosteroid, dan Plasma Exchange dalam GBS

Prognosis

  • Setelah fase progresif inisial, pasien dengan GBS mencapai fase plateau yang dapat berlangsung dalam hitungan hari ke minggu atau bulan, dan setelah itu mereka berangsur-angsur pulih. Setelah itu,, 60-80% pasien dengan GBS dapat berjalan mandiri setelah 6 bulan dari onset pertama gejala, dengan atau tanpa pengobatan
  • GBS merupakan penyakit monofasik walaupun pasien dapat memburuk setelah tatalaksana – Treatment related fluctuation (TRF).
  • Treatement related failure adalah perbaikan skala disabilitas GBS sedikitnya 1 poin setelah pemberian imunoterapi diikuti oleh perburukan skala disabilitas GBS sedikitnya 1 poin dalam 2 bulan pertama setelah imunoterapi.
  • Fluktuasi TRF maksimal 3 episode.
  • Progresi penyakit dapat cepat dan maksimum disabilitas dalam 2 minggu. Sekitar 20% pasien dengan GBS akan lanjut ke gagal nafas dan membutuhkan ventilasi mekanik.
  • Aritmia dan instabilitas tekanan darah dapat terjadi akibat keterlibatan sistem autonom
Gambar 23. Perjalanan Penyakit GBS
Gambar 23. Perjalanan Penyakit GBS

Topik 2: Intravena Immunoglobulin Treatment and Prognosis in Guillain-Barre Syndrome (dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K))

Introduction

  • GBS merupakan penyakit akut yang dimediasi oleh imun, bersifat monofasik.
  • Poliradikuloneuropati yang disebabkan oleh demielinisasi akut atau kerusakan aksonal pada spinal roots dan nervus perifer
  • Dikarakteristikkan oleh gejala sensoris, motorik, dan autonomik, yang biasanya berbarengan dengan gejala paralisis progresif dan berkurangnya refleks tendon dalam
  • IVIG merupakan pengobatan efektif yang telah terbukti
  • GBS memiliki prognosis yang baik. Hampir 90% pasien sembuh total atau dengan defisit neurologis ringan dalam satu tahun.
  • Faktor klinis diasosiasikan dengan luaran jelek adalah usia, adanya diare sebelumnya dan beratnya disabilitas pada perjalanan penyakit pertama kali.
  • Pure motoric GBS memiliki prognosis yang lebih baik sedangkan AMSAN recoverynya lebih lama

Imunobiologi GBS

  • Antibodi anti-ganglioside
  • Serum antibodi terhadap beberapa ganglioside yang ada di nervus perifer termasuk GM1, GD1a, Ga1NAc-GD1a, dan GQ1b
  • Antibodi ini berhubungan dengan varian dari GBS seperti GD1a dan GQ1b pada Miller-Fisher Syndrome
  • Molecular mimicry dan cross-reactivity
  • Aktivasi komplemen
  • Komplemen yang teraktivasi mampu menembus blood-nerve barrier dan menyerang myelin
  • Efek neurotoxic ini dapat diinhibis oleh IVIG dan inhibitor komplemen eculizumab.
  • Faktor pejamu: 1:1000 pasien dengan infeksi C. jejuni akan berkembang menjadi GBS.
Gambar 24. Komplikasi GBS
Gambar 24. Komplikasi GBS

Management GBS

  • Mempercepat pemulihan, mengurangi komplikasi selama penyakit akut, dan mengurangi defisit neurologis residual.
  • 3 komponen manajemen GBS adalah:
  • Monitoring, supportif, dan bantuan kritis
  • Terapi spesifik seperti plasma exchange, imunoglobulin, dan kortikosteroid (tidak digunakan dalam GBS)
  • Rehabilitasi
Gambar 25. Prinsip Plasma Exchange
Gambar 25. Prinsip Plasma Exchange
Gambar 26. Plasma Exchange Pada Penyakit Neuroimunologi
Gambar 26. Plasma Exchange Pada Penyakit Neuroimunologi
Gambar 27. Cara Kerja Immunomodulatori dan Anti-inflamasi IVIG (1)
Gambar 27. Cara Kerja Immunomodulatori dan Anti-inflamasi IVIG (1)
Gambar 28. Cara Kerja Immunomodulatori dan Anti-inflamasi IVIG (2)
Gambar 28. Cara Kerja Immunomodulatori dan Anti-inflamasi IVIG (2)
Gambar 29. Guillain Barre Syndrome Treatment Related Failure
Gambar 29. Guillain Barre Syndrome Treatment Related Failure
Gambar 30. Terapi Imun untuk Penyakit Neuromuskular Autoimun
Gambar 30. Terapi Imun untuk Penyakit Neuromuskular Autoimun

Efek Samping IVIG pada GBS

  • Pallor, chills dan sweating
  • Mual dan muntah
  • Demam ringan
  • Nyeri punggung dan otot
  • Takikardia dan rasa kencang di dada
  • Perubahan tekanan darah
  • Mengi
  • Ruam
  • Takipnea
  • Malaise general
  • Sindrom meningitis aseptik
  • Gagal ginjal akut

Interaksi IVIG

  • IVIG dapat menganggu respons terhadap vaksin virus yang hidup dilemahkan seperti virus measles, virus mumps, dan virus rubella

Kontraindikasi IVIG

  • Pasien dengan riwayat anafilaksis terhadap IVIG atau IMIG
  • Alergi terhadap bahan IVIG
  • Defisiensi selektif IgA

Prognosis

  • Angka kematian di Taiwan 1.61% sedangkan di Amerika Utara dan Eropa 3-7%
  • Dua puluh persen pasien tidak dapat berjalan tanpa bantuan dalam 6 bulan setelah onset
  • Rekurensi GBS dapat terjadi pada 6% kasus
  • Prognosis pasien yang tidak dapat berjalan diprediksi dengan modified Erasmus GBS Outcome Score (mEGOS) dinilai pada waktu masuk perawatan dan hari ke-7.
  • Secara umum prognosis lebih buruk pada kasus berikut:
  • Usia >40 tahun
  • Riwayat diare sebagai infeksi pendahulu
  • Adanya infeksi C.jejuni
  • Progresifitas penyakit yang cepat dan berat
  • Disabilitas yang berat pada titik nadir perjalanan penyakit
  • Tipe aksonal terutama AMSAN

Questions & Answers:

  1. Q: Hari keberapa post-onset paling jelas terlihat disosiasi albumin? Bagaimana membedakan periodic paralysis dengan GBS?
    A: Untuk disosiasi albumin tidak jelas tapi titik nadir akut onset paralysis dari AIDP sekitar 3-6 minggu. GBS itu bersifat monofasik dan merupakan suatu infeksi, 70% disebabkan oleh C.jejuni dan melibatkan motorik, sensorik, dan autonom. Periodic paralysis disebabkan oleh motor pump. Gambaran disosiasi sitoalbumin baru ditemukan pada minggu ke-2 sedangkan elektrodiagnosis yang abnormal bisa ditemukan pada akhir minggu pertama.
  2. Q: Pada varian Bickerstaff Brainstem Encephalitis (BBE) apakah ada tempat untuk elektrodiagnostik penunjang?
    A: Diagnostiknya adalah klinis (gangguan n. kranialis dan lesi UMN) dan elektrodiagnostik yang didapatkan gejala LMN pada ekstremitas atas dan nervus kranialis. Tidak ada kriteria elektrodiagnostik BBE. Pemeriksaan imaging penting dilakukan dengan MRI kontras untuk melihat enhanced di daerah brainstemnya. Analisa LCS kadang-kadang menemukan peningkatan sel tapi tidak setinggi infeksi.
  3. Q: Jika karena alasan biaya pasien hanya dapat membeli IVIG dengan dosis 0.4 mg/kg/BB selama 2-3 hari, apakah ada manfaatnya?
    A: IVIG itu dose-dependant, kalau GBS disability scorenya 2-3 mungkin dapat membantu tapi kalau sudah dalam keadaan skornya 5 mungkin perlu berhati-hati.
  4. Q: Hari keberapa di onset GBS untuk pemberian IVIG masih efektif?
    A: Sampai 2 minggu dengan prinsip lebih cepat lebih baik.
  5. Q: Terapi efektif plasma exchange dan IVIG atau salah satunya yang lebih baik dan kenapa kortikosteroid tidak bermanfaat?
    A: Sebaiknya memilih satu modal terapi, PE atau IVIG. Dari AAN, plasmaferesis direkomendasikan pada pasien dengan immobilisasi karena lebih cepat terutama pada pasien dengan cepat mengalami kelumpuhan (dalam 1 hari plegia contohnya) yang artinya terjadi reaksi antibodi yang dahsyat. Kortikosteroid untuk mencapai efek imunosupresan membutuhkan dosis yang besar dan yang kedua ada bukti-bukti penelitian bahwa kortikosteroid menimbulkan debris di saraf tepi radiks di nodus/paranodal of Splinter sehingga memperburuk outcome. Pada CIDP, pulse dose steroid justru dipakai.
  6. Q: Bagaimana pengcoveran BPJS untuk PE atau IVIG? Apakah ada syarat tertentu pemakaian IVIG di RS tipe A,B,C?
    A: Yang dicover adalah PE di faskes tingkat 3. Immunoglobulin boleh diberikan (dicover) bila ternyata PE tidak memperbaiki atau adanya kontraindikasi PE seperti gangguan kardiovaskular yang berat.
  7. Q: Pada pasien usia tua, bila dia terkena GBS/AIDP apakah pemberian oral/parenteral pantoxyflline ada gunanya?
    A: Tidak ada.
  8. Q: Bagaimana perbedaan GBS bila di era COVID-19?
    A: Ada laporan kasus bahwa pasien COVID-19 menderita GBS, bila dilihat dari patofisiologinya memang memungkinkan karena terjadi proses inflamasi dan sitokin storm dan memang ada laporan kasusnya. Pasien ini diberikan IVIG lalu ada perbaikan. Namun, masih kontroversial terutama IVIG pada pasien COVID-19. Secara teori, mekanisme kerja IVIG memang bisa namun belum dibuktikan secara klinis.
  9. Q: Puskesmas terpencil, ada pasien GBS, apa yang harus dilakukan sebelum dirujuk?
    A: Dilihat mEGOS apakah butuh hospitalized atau tidak, perhatikan dulu prognosisnya. Bila tahap awal (mEGOS 4-7) maka perhatikan bila mahal IVIG atau PE di puskesmas, mungkin bisa corticosteroid di puskesmas walau not recommended. Pastikan juga masalah ABC semua aman dan sudah berlangsung dari 2 minggu dan dia dalam fase plateau (sudah tidak perburukan), perawatan secara umum bila jauh kemana-mana, tunggu waktu saja untuk penyembuhan. Penting untuk dilakukan gerakan secara pasif untuk mencegah/mempertahankan vaskularisasi perifer di kedua kaki dan tangan (mencegah DVT). Yang kedua, untuk menjaga tonus ototnya untuk bisa dipertahankan. GBS ini self-limiting, diintervensi karena kemungkinan gagal nafasnya tinggi. Tapi kalau pernafasannya baik, ditunggu saja.
  10. Q: Gangguan jantung atau ginjal yang seperti apa yang menjadi kontraindikasi pemberian PE atau IVIG?
    A: Tidak disarankan pemberian PE pada gangguan jantung berat sedangkan pada gangguan ginjal tidak ada kontraindikasi (prinsipnya sama seperti hemodialisa). Pada IVIG, kontraindikasinya adalah defisiensi imunoglobulin A karena akan menimbulkan reaksi anafilaktik.
  11. Q: BB 50 kg dan pemberiannya 400 mg/kgBB/hari, pemberiannya di drip 24 jam atau bagaimana?
    A: Berarti pemberiannya 2g, botol pertama untuk 5 menit pertama dengan kecepatan 3 ml/menit untuk melihat toleransi pasien. Apabila mengeluh gatal sedikit, itu tidak masalah. Bila tidak masalah, lanjutkan dengan kecepatan 4-5 ml/menit. Berarti 1 botol 10 menit (1 botol 50 mg).
  12. Q: Kapan IVIG dikatakan gagal?
    A: Waktu awal tentukan GBS disability scalenya. Bila 4, dikatakan gagal kalau GBS disability scalenya meningkat (dari 4 ke 5) tapi kita harus menunggu sampai 4 minggu untuk dikatakan gagal.
  13. Q: Apakah pasien pasca SC terkena GBS ada tatalaksana khusus?
    A: Perhatikan dulu apakah ada gagal nafas atau tidak? Tentu perlu ventilator bila ada gagal nafas selain pemberian IVIG. IVIG tidak dikontraindikasikan pada ibu hamil atau pasca menyusui tapi PE tidak disarankan karena resiko terjadinya disequilibrium kompartemen vaskular dengan ekstrakorporeal.
  14. Q: Pada GBS tipe aksonal, bagaimana prognosisnya?
    A: Sudah melibatkan akson, biasanya jelek. Bila diurutkan prognosisnya, AIDP prognosisnya paling baik (karena hanya demyelinisasi), kemudian AMAN (karena pure motor), barulah MFS dan AMSAN (paling buruk). AMSAN paling buruk karena sensoris dan propioceptive yang dibutuhkan untuk recovery motorik tidak berfungsi dengan baik sehingga ada ataxia sensorik.

Merasa catatan webinar ini bermanfaat? Ingin catatan webinar berikutnya? Komen ya untuk topik apa yang ingin dibuatkan catatannya!

Oh iya, kalian bisa mendapatkan versi pdf catatan ini dengan cara mengklik tombol share di social media kalian serta mengkomen di post ini. Setelah itu, di tab hubungi kami, kirimkan email kalian ke kami dan akan kami kirimkan pdfnya ke email kalian!

12 comments

  1. Kacie Moxley

    F*ckin’ tremendous issues here. I’m very glad to peer your article. Thank you a lot and i am taking a look ahead to touch you. Will you please drop me a mail?

  2. Fashion Trends

    I抣l immediately grab your rss as I can not find your email subscription link or newsletter service. Do you’ve any? Kindly let me know so that I could subscribe. Thanks.

  3. Beauty Fashion

    I found your blog web site on google and verify just a few of your early posts. Proceed to keep up the excellent operate. I simply additional up your RSS feed to my MSN News Reader. Searching for ahead to studying extra from you afterward!?

  4. Hairstyles

    Hi, Neat post. There’s a problem with your web site in internet explorer, would test this?IE still is the market leader and a huge portion of people will miss your excellent writing due to this problem.

  5. Latest Hairstyles

    I believe that avoiding refined foods is the first step in order to lose weight. They can taste fine, but processed foods include very little nutritional value, making you consume more in order to have enough electricity to get over the day. Should you be constantly ingesting these foods, transferring to cereals and other complex carbohydrates will aid you to have more power while ingesting less. Interesting blog post.

  6. Beauty Fashion

    Hi there! Quick question that’s entirely off topic. Do you know how to make your site mobile friendly? My blog looks weird when browsing from my apple iphone. I’m trying to find a template or plugin that might be able to fix this problem. If you have any suggestions, please share. Thank you!

  7. Beauty Fashion

    You could certainly see your enthusiasm in the work you write. The world hopes for more passionate writers like you who aren’t afraid to say how they believe. Always go after your heart.

  8. Hairstyles

    We stumbled over here different page and thought I might check things out. I like what I see so now i’m following you. Look forward to looking at your web page repeatedly.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEnglish