Site icon Koas2Doctor

Catatan Koas2Doctor: Guillain Barre Syndrome Update

PERDOSSI

PERDOSSI

DISCLAIMER:

Seluruh materi merupakan milik penyelenggara webinar. Koas2Doctor hanya membantu untuk menyediakan catatan tertulis berdasarkan webinar yang telah diupload ke youtube atau platform sosial lainnya secara terbuka. Anda sangat disarankan untuk menonton webinar secara full dan tidak memercayai apa yang kami catat 100%.

Baca Juga: Catatan Koas2Doctor: Stroke Update

Link Webinarjam: https://event.webinarjam.com/replay/25/09905f88aprbr2blm

Topik 1: Overview Guillain Barre Syndrome Update, What Should We Know? (Dr. dr. Kiking Ritarwan, Sp.S(K),MKT)

Introduction

Gambar 1. Tipe GBS dan Patofisiologinya
Gambar 2. Patogenesis GBS

Patogenesis Guillain Barre Syndrome

Etiologi

List Bakteria dan Virus Penyebab Pencetus Guillain Barre Syndrome

Hubungan Infeksi dengan Guillain-Barre Syndrome

Campylobacter jejuni

Gambar 3. Serum Antibodi Terhadap Gangliosid Spesifik
Gambar 4. Spektrum Gangguan GBS dan Antibodinya
Gambar 5. Hubungan Antara C.jejuni dan GBS

Perjalanan Penyakit GBS

Manifestasi klinis terlihat dalam 8 minggu pertama

Gambar 6. Hubungan Antara C.jejuni dan GBS

Kerusakan Saraf pada GBS

Gambar 7. Demielinisasi dari sel saraf
Gambar 8. Subtipe GBS
Gambar 9. Subfenotipe GBS
Gambar 10.. Manifestasi Gejala Varian GBS
Gambar 11. Varian GBS
Gambar 12. Kriteria Diagnosis GBS
Gambar 13. Kriteria Yang Membuat Diagnosis GBS Meragukan
Gambar 14. Manifestasi Klinis GBS, MFS, dan Subtipenya

Diagnosis Diferensial GBS

Gambar 15. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (1)
Gambar 16. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (2)
Gambar 17. 10 Step Approach For Diagnosis and Management of GBS (3)

Erasmus GBS Respiratory Insufficiency Score (EGRIS)

Gambar 18. EGRIS Score
Gambar 19. MEGRIS Score
Gambar 20. SGB Skoring Disabilitas
Gambar 21. Algoritma Tatalaksana GBS

Tatalaksana GBS

Gambar 22. Perbandingan IVIG, Kortikosteroid, dan Plasma Exchange dalam GBS

Prognosis

Gambar 23. Perjalanan Penyakit GBS

Topik 2: Intravena Immunoglobulin Treatment and Prognosis in Guillain-Barre Syndrome (dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K))

Introduction

Imunobiologi GBS

Gambar 24. Komplikasi GBS

Management GBS

Gambar 25. Prinsip Plasma Exchange
Gambar 26. Plasma Exchange Pada Penyakit Neuroimunologi
Gambar 27. Cara Kerja Immunomodulatori dan Anti-inflamasi IVIG (1)
Gambar 28. Cara Kerja Immunomodulatori dan Anti-inflamasi IVIG (2)
Gambar 29. Guillain Barre Syndrome Treatment Related Failure
Gambar 30. Terapi Imun untuk Penyakit Neuromuskular Autoimun

Efek Samping IVIG pada GBS

Interaksi IVIG

Kontraindikasi IVIG

Prognosis

Questions & Answers:

  1. Q: Hari keberapa post-onset paling jelas terlihat disosiasi albumin? Bagaimana membedakan periodic paralysis dengan GBS?
    A: Untuk disosiasi albumin tidak jelas tapi titik nadir akut onset paralysis dari AIDP sekitar 3-6 minggu. GBS itu bersifat monofasik dan merupakan suatu infeksi, 70% disebabkan oleh C.jejuni dan melibatkan motorik, sensorik, dan autonom. Periodic paralysis disebabkan oleh motor pump. Gambaran disosiasi sitoalbumin baru ditemukan pada minggu ke-2 sedangkan elektrodiagnosis yang abnormal bisa ditemukan pada akhir minggu pertama.
  2. Q: Pada varian Bickerstaff Brainstem Encephalitis (BBE) apakah ada tempat untuk elektrodiagnostik penunjang?
    A: Diagnostiknya adalah klinis (gangguan n. kranialis dan lesi UMN) dan elektrodiagnostik yang didapatkan gejala LMN pada ekstremitas atas dan nervus kranialis. Tidak ada kriteria elektrodiagnostik BBE. Pemeriksaan imaging penting dilakukan dengan MRI kontras untuk melihat enhanced di daerah brainstemnya. Analisa LCS kadang-kadang menemukan peningkatan sel tapi tidak setinggi infeksi.
  3. Q: Jika karena alasan biaya pasien hanya dapat membeli IVIG dengan dosis 0.4 mg/kg/BB selama 2-3 hari, apakah ada manfaatnya?
    A: IVIG itu dose-dependant, kalau GBS disability scorenya 2-3 mungkin dapat membantu tapi kalau sudah dalam keadaan skornya 5 mungkin perlu berhati-hati.
  4. Q: Hari keberapa di onset GBS untuk pemberian IVIG masih efektif?
    A: Sampai 2 minggu dengan prinsip lebih cepat lebih baik.
  5. Q: Terapi efektif plasma exchange dan IVIG atau salah satunya yang lebih baik dan kenapa kortikosteroid tidak bermanfaat?
    A: Sebaiknya memilih satu modal terapi, PE atau IVIG. Dari AAN, plasmaferesis direkomendasikan pada pasien dengan immobilisasi karena lebih cepat terutama pada pasien dengan cepat mengalami kelumpuhan (dalam 1 hari plegia contohnya) yang artinya terjadi reaksi antibodi yang dahsyat. Kortikosteroid untuk mencapai efek imunosupresan membutuhkan dosis yang besar dan yang kedua ada bukti-bukti penelitian bahwa kortikosteroid menimbulkan debris di saraf tepi radiks di nodus/paranodal of Splinter sehingga memperburuk outcome. Pada CIDP, pulse dose steroid justru dipakai.
  6. Q: Bagaimana pengcoveran BPJS untuk PE atau IVIG? Apakah ada syarat tertentu pemakaian IVIG di RS tipe A,B,C?
    A: Yang dicover adalah PE di faskes tingkat 3. Immunoglobulin boleh diberikan (dicover) bila ternyata PE tidak memperbaiki atau adanya kontraindikasi PE seperti gangguan kardiovaskular yang berat.
  7. Q: Pada pasien usia tua, bila dia terkena GBS/AIDP apakah pemberian oral/parenteral pantoxyflline ada gunanya?
    A: Tidak ada.
  8. Q: Bagaimana perbedaan GBS bila di era COVID-19?
    A: Ada laporan kasus bahwa pasien COVID-19 menderita GBS, bila dilihat dari patofisiologinya memang memungkinkan karena terjadi proses inflamasi dan sitokin storm dan memang ada laporan kasusnya. Pasien ini diberikan IVIG lalu ada perbaikan. Namun, masih kontroversial terutama IVIG pada pasien COVID-19. Secara teori, mekanisme kerja IVIG memang bisa namun belum dibuktikan secara klinis.
  9. Q: Puskesmas terpencil, ada pasien GBS, apa yang harus dilakukan sebelum dirujuk?
    A: Dilihat mEGOS apakah butuh hospitalized atau tidak, perhatikan dulu prognosisnya. Bila tahap awal (mEGOS 4-7) maka perhatikan bila mahal IVIG atau PE di puskesmas, mungkin bisa corticosteroid di puskesmas walau not recommended. Pastikan juga masalah ABC semua aman dan sudah berlangsung dari 2 minggu dan dia dalam fase plateau (sudah tidak perburukan), perawatan secara umum bila jauh kemana-mana, tunggu waktu saja untuk penyembuhan. Penting untuk dilakukan gerakan secara pasif untuk mencegah/mempertahankan vaskularisasi perifer di kedua kaki dan tangan (mencegah DVT). Yang kedua, untuk menjaga tonus ototnya untuk bisa dipertahankan. GBS ini self-limiting, diintervensi karena kemungkinan gagal nafasnya tinggi. Tapi kalau pernafasannya baik, ditunggu saja.
  10. Q: Gangguan jantung atau ginjal yang seperti apa yang menjadi kontraindikasi pemberian PE atau IVIG?
    A: Tidak disarankan pemberian PE pada gangguan jantung berat sedangkan pada gangguan ginjal tidak ada kontraindikasi (prinsipnya sama seperti hemodialisa). Pada IVIG, kontraindikasinya adalah defisiensi imunoglobulin A karena akan menimbulkan reaksi anafilaktik.
  11. Q: BB 50 kg dan pemberiannya 400 mg/kgBB/hari, pemberiannya di drip 24 jam atau bagaimana?
    A: Berarti pemberiannya 2g, botol pertama untuk 5 menit pertama dengan kecepatan 3 ml/menit untuk melihat toleransi pasien. Apabila mengeluh gatal sedikit, itu tidak masalah. Bila tidak masalah, lanjutkan dengan kecepatan 4-5 ml/menit. Berarti 1 botol 10 menit (1 botol 50 mg).
  12. Q: Kapan IVIG dikatakan gagal?
    A: Waktu awal tentukan GBS disability scalenya. Bila 4, dikatakan gagal kalau GBS disability scalenya meningkat (dari 4 ke 5) tapi kita harus menunggu sampai 4 minggu untuk dikatakan gagal.
  13. Q: Apakah pasien pasca SC terkena GBS ada tatalaksana khusus?
    A: Perhatikan dulu apakah ada gagal nafas atau tidak? Tentu perlu ventilator bila ada gagal nafas selain pemberian IVIG. IVIG tidak dikontraindikasikan pada ibu hamil atau pasca menyusui tapi PE tidak disarankan karena resiko terjadinya disequilibrium kompartemen vaskular dengan ekstrakorporeal.
  14. Q: Pada GBS tipe aksonal, bagaimana prognosisnya?
    A: Sudah melibatkan akson, biasanya jelek. Bila diurutkan prognosisnya, AIDP prognosisnya paling baik (karena hanya demyelinisasi), kemudian AMAN (karena pure motor), barulah MFS dan AMSAN (paling buruk). AMSAN paling buruk karena sensoris dan propioceptive yang dibutuhkan untuk recovery motorik tidak berfungsi dengan baik sehingga ada ataxia sensorik.

Merasa catatan webinar ini bermanfaat? Ingin catatan webinar berikutnya? Komen ya untuk topik apa yang ingin dibuatkan catatannya!

Oh iya, kalian bisa mendapatkan versi pdf catatan ini dengan cara mengklik tombol share di social media kalian serta mengkomen di post ini. Setelah itu, di tab hubungi kami, kirimkan email kalian ke kami dan akan kami kirimkan pdfnya ke email kalian!

Exit mobile version