Infeksi COVID-19 Pada Anak, Mungkinkah?

Catatan Koas2Doctor: Infeksi COVID-19 Pada Anak, Mungkinkah?

DISCLAIMER:

Seluruh materi merupakan milik penyelenggara webinar. Koas2Doctor hanya membantu untuk menyediakan catatan tertulis berdasarkan webinar yang telah diupload ke youtube atau platform sosial lainnya secara terbuka. Anda sangat disarankan untuk menonton webinar secara full dan tidak memercayai apa yang kami catat 100%.

Tanggal Acara: 11 Juni 2020

Baca Juga: Catatan Koas2Doctor: Neurosurgery Webinar Class – Epilepsi pada Anak: Perspektif Bedah Saraf (Sesi 2)

Pembicara: Dr. Ari Prayitno, Sp.A(K)

[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=GMUb7PoI-qY[/embedyt]

Pendahuluan

  • Coronavirus merupakan suatu kelompok virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia (contoh: MERS, SARS, COVID-19)
  • COVID-19: penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan
Gambar 1. Gejala Klinis COVID-19
Gambar 1. Gejala Klinis COVID-19
Gambar 2. Sebaram COVID-19 per 8 Juni 2020
Gambar 2. Sebaran COVID-19 per 8 Juni 2020
Gambar 3. Perkembangan Kasus Terkonfirmasi Positif COVID-19 Per Tanggal 9 Juni 2020
Gambar 3. Perkembangan Kasus Terkonfirmasi Positif COVID-19 Per Tanggal 9 Juni 2020
Gambar 4. Perkembangan Kasus Terkonfirmasi Positif COVID-19 Per Kelompok Umur Tanggal 9 Juni 2020
Gambar 4. Perkembangan Kasus Terkonfirmasi Positif COVID-19 Per Kelompok Umur Tanggal 9 Juni 2020

Mengapa Kasus COVID-19 Pada Anak Lebih Sedikit?

  • Distribusi receptor ACE2 di paru anak tidak seluas dewasa, ikatan antara viru dengan reseptor belum kuat (mudah lepas)
  • Perlindungan silang: pajanan paru anak oleh virus saluran napas lain (RSV, influenza A atau B) akan meningkatkan kadar antibodi dalam sirkulasi
  • Aktivitas anak di luar rumah lebih jarang
  • Tidak terdiagnosis? (gejala ringan/tak bergejala)
  • Lebih sering penularan sekunder (dalam keluarga)
  • Mungkin dapat menularkan pada orang lain juga (penelitian belum diketahui)
  • Pada umumnya terlihat lebih ringan dibanding dewasa: 90% tidak bergejala, gejala ringan atau sedang; >6.7% gejala berat (biasanya <1 tahun + komorbid); gejala tersering: demam (50%) dan batuk (38%).
Gambar 5. Perkembangan Kasus Coronavirus  (Garis merah tebal dalam 10 hari pertama adalah fase kritis dimana gejala paling sering terjadi dalam fase ini)
Gambar 5. Perkembangan Kasus Coronavirus (Garis merah tebal dalam 10 hari pertama adalah fase kritis dimana gejala paling sering terjadi dalam fase ini)

Gejala COVID-19 Pada Anak

  • Demam (43.1%)
  • Batuk (43.4%)
  • Nyeri tenggorokan (20.4%)
  • Berdebar-debar (16.8%)
  • Pilek (16.4%)
  • Hidung tersumbat (15.3%)
  • Sesak atau nafas cepat (12.6%)
  • Diare (6.6%)
  • Muntah (5.8%)
  • Lemas atau lelah (5.1%)
  • Nyeri dada (0.4%)
Gambar 6. Alur Tatalaksana COVID-19 Berdasarkan Riwayat Tempat Tiinggal atau Bepergian
Gambar 6. Alur Tatalaksana COVID-19 Berdasarkan Riwayat Tempat Tiinggal atau Bepergian

5 Hal Penting Cegah COVID-19

  • Sering cuci tangan pakai sabun
  • Tetap tinggal di rumah
  • Jaga jarak dan hindari kerumunan
  • Tidak berjabat tangan
  • Pakai Masker Bila Sakit atau Harus Berada di Tempat Umum
Gambar 7. Protokol New Normal
Gambar 7. Protokol New Normal
Gambar 8. Cara Bersihkan Mainan
Gambar 8. Cara Bersihkan Mainan

Imunisasi Pada Masa Pandemi

  • Masa pandemi bukan berarti penyakit berbahaya tersebut hilang
  • Imunisasi tetap harus diupayakan lengkap sesuai jadwal untuk melindungi anak dari PD3I
  • Pelayanan imunisai dilaksanakan sesuai prinsip pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI): buat janji temu terlebih dahulu
  • ITAGI memberikan petunjuk mengenai pelayanan imunisasi
  • Prinsip: Aman untuk petugasi, bayi, komunitas
  • Anak OTG, ODP, PDP imunisasi ditunda selama minimal 14 hari.

Kesimpulan

  • COVID-19 adalah infeksi virus yang bisa menyerang bayi dan anak serta dapat menyebabkan kematian
  • Gejalanya mirip dengan penyakit saluran napas, bila sakit periksakan anak ke dokter
  • Hindari COVID-19 dengan tinggal di rumah, cuci tangna, jaga jarak, hindari kerumunan dan kenakan masker
  • Bersihkan selalu semua yang kontak dengan anak (mainan dll)
  • Ajarkan anak untuk berperilaku sehat
  • Lengkapi imunisasi sesuai panduan IDAI

Q&A

  • Q: Bagaimana membedakan gejala rinitis alergi dan COVID?
    A: Gejalanya tidak jelas, bisa dengan/tanpa batuk, pilek, demam dan tergantung dari sistem respons imun. Pilek bisa rinitis alergi/vasomotor atau infeksi COVID maka sulit dibedakan. Bila alergi, akan timbul berulang dengan adanya trigger tertentu biasanya udara dingin sehingga muncul pada jam-jam tertentu misalnya pagi atau jam 2-4 pagi ketika suhu sangat rendah dan lembab. Pada COVID, maka gejalanya tidak recurrent dan timbulnya pada satu waktu saja dan gejalanya ada gradasinya dari ringan ke berat dan sebaliknya. Untuk paling pasti adalah menggunakan swab namun sangat tidak efektif. Bila di rumah ada orang, pisahkan kamarnya, tingkatkan nutrisinya.
  • Q: Bagaimana persiapan atau protokol yang tepat untuk anak-anak yang akan bersekolah nanti? Terutama yang anak TK dan SD.
    A: Dari pihak sekolah dan orang tua harus siap. Dalam artian sekolah tidak dapat kembali seperti dahulu (meja dan bangku terisi penuh) dan anak tidak dapat menjaga jarak apalagi saat bermain. Kemudian, apakah anak bisa pakai dan konsisten menggunakan masker? Setelah itu, anak-anak harus rajin mencuci tangan kapanpun menyentuh benda-benda yang berpotensi ada virusnya. Kemudian, ada OTG yang berpotensi menularkan anak lain, kemudian screening harus dilakukan. Satu kelas harus dibagi dua atau tiga, kemudian mungkin tidak dapat masuk setiap hari.
  • Q: Apakah orang yang sudah terinfeksi COVID 19 dapat terinfeksi kembali? Walaupun sudah membentuk imun dalam tubuhnya?
    A: Umumnya, apabila infeksi alamiah akan membentuk imun selular dan humoral yang baik. Pertanyaannya, apakah virus COVID 19 ini tidak memiliki serotipe varian yang lain? Virus ini dapat bermutasi dan sistem imun dapat bersifat tidak spesifik sehingga dapat terinfeksi dengan varian yang lain. Tidak bisa mengklaim bahwa walaupun sudah terinfeksi tidak dapat terinfeksi kembali. Masih banyak hal yang mesti diteliti lebih jauh tentang virus ini sehingga kita dapat mengetahui lebih lanjut.
  • Q: Mohon penjelasan gambaran anak yang positif COVID 19 dirawat dirumah sakit seperti apa? Apakah tidak ada yang boleh mendampingi?
    A: Anak yang dirawat di RS dengan COVID ada dua macam yaitu yang gejala COVID tanpa disertai penyakit lain seperti pneumonia yang butuh oksigen atau pasien dengan penyakit komorbid misalnya leukemia dan COVID atau sindrom nefrotik dengan COVID. Dengan adanya penyakit komorbid, membuat kondisi menjadi lebih berat. Pasien COVID harus diisolasi sehingga seharusnya tidak kontak dengan orang sehat. Bila ibu menunggui anaknya yang sakit COVID, maka ibu itu beresiko menularkan ke orang-orang lain. Anak-anak kecil yang belum bisa mandiri maka diberikan izin untuk menunggui anaknya namun ibunya juga telah diedukasi dan diawasi ketat.
  • Q: Anak saya umur 7 tahun, penderita cerebral palsy berat, jantungnya masih bengkak dan dalam pengobatan, apakah ini termasuk comorbid?
    A: Comorbid itu adalah semua kondisi pada anak yang tidak didapatkan pada anak sehat. CP menjadi komorbid karena umumnya selain ada masalah di geraknya, ada gangguan juga di saluran napas. Umumnya gerakkan mukosilier atau fungsi untuk mendorong lendir ke arah luar tidak berfungsi secara optimal. Tidak jarang lendir menempel di saluran nafas dan apabila sudah banyak, anak akan susah bernafas dan itu adalah media yang paling baik untuk mengundang kuman untuk menempel disana sehingga pneumonia sering terjadi berulang.
  • Q: Sepupu saya, beda rumah, berstatus OTG tapi tes swabnya diulang 2 kali hasilnya positif tapi tidak bergejala, apakah fenomena ini bisa terjadi pada anak-anak?
    A: Secara teoritis, bisa. Harus dipahami terlebih dahulu bahwa apakah anak ini ada gejala atau tidak sehingga memengaruhi klasifikasi. Yang kedua, perhatikan hasil swabnya di mana PCR memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. PCR hanya menyatakan bahwa di dalam tubuh ada virus COVID 19 di anak namun bisa saja tidak menyebabkan sakit namun masih dapat menularkan virus ke orang lain. Sehingga, kita harus berhati-hati walaupun anak itu tidak bergejala. Kalau OTG, harus dipantau dan tidak boleh kemana-mana.
  • Q: Jika ada kemungkinan terpapar virus COVID 19, pemeriskaan dan tes dapat langsung dilakukan esok hari atau harus menunggu beberapa hari?
    A: PCR dapat mendeteksi potongan-potongan virus maka dapat kapanpun. Rapid test yang harus menunggu karena antibodi tidak dibentuk di hari-hari pertama biasanya 7-10 hari. Kalau PCR justru di hari pertama dan di hari kedua baik pada ODP atau PDP.
  • Q: Bagaimana misalnya ada OTG main ke rumah saya, setelah beberapa hari orang itu baru sadar positif, apakah bahaya?
    A: Tergantung dari hasil tes yang kedatangan tamu positif tersebut. Bila tesnya negatif maka orang-orang yang ada di dalam rumah dan terpapar penderita positif tadi berarti virusnya belum masuk. Bila dites dan positif, maka harus diobservasi apakah ada gejala atau tidak dan diisolasi sampai lewat masa inkubasi. Buktikan dulu apakah virus sudah masuk dengan pemeriksaan PCR.
  • Q: Jika status COVID 19 anak saat ini bagaimana dari pengalaman dokter praktek? Apakah ada yang dokter rasakan menarik?
    A: Hal-hal menarik COVID 19 anak adalah yang pertama anak bukan target pertama COVID, dalam artian akan lebih banyak komplikasinya dan lebih jelek prognosis bila menyerang orang dewasa dan terutama orang lanjut usia. Umumnya anak tertular dari orang dewasa atau sesama anak namun tidak mengurangi kewaspadaan untuk menjaga anak-anak kita karena ada yang sistem imunnya belum terbentuk sempurna. Yang menarik berikutnya adalah kita harus mewaspadai wabah infeksi seperti sekolah yang merupakan tempat berkumpulnya anak-anak. Sehingga advokasi dan edukasi harus diberikan kepada orang tua dan guru sehingga anak-anak dapat menjalankan tumbuh kembang dengan baik dan berinteraksi sosial dengan baik.
  • Q: Jika status COVID 19 anak saat ini bagiamana dari pengalaman dokter praktek?
    A: COVID 19 masih tetap lebih banyak pada orang dewasa namun kasus anak-anak juga ada kemungkinan meningkat terutama saat taman bermain dan sekolah sudah mulai dibuka.

Merasa catatan webinar ini bermanfaat? Ingin catatan webinar berikutnya? Komen ya untuk topik apa yang ingin dibuatkan catatannya!

Oh iya, kalian bisa mendapatkan versi pdf catatan ini dengan cara mengklik tombol share di social media kalian serta mengkomen di post ini. Setelah itu, di tab hubungi kami, kirimkan email kalian ke kami dan akan kami kirimkan pdfnya ke email kalian!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEnglish