Quarter-Life Crisis Saat Koas

Quarter-Life Crisis Saat Koas – Part 2

Post ini adalah sambungan dari “Quarter-Life Crisis Saat Koas – Part 1” jadi bagi kalian yang belum membaca post ini, dibaca dulu disini ya!

Rasanya gimana sih quarter life crisis pas koas? 

Oke guys, kita lanjut dari post yang lalu tentang quarter life crisis ya.

Jadi kayak yang sebelumnya sempet gw cerita dikit, quarter life crisis itu hal yang cukup sering dijumpai ya.

Terutama kalau kita ngomongin konotasinya di fakultas kedokteran dan dunia perkoasan.

Why? ya bolelah ya ditengok dulu di post sebelumnya kalau yang belum tau, xixixi

Tapi buat mengingatkan dikit aja, intinya krisis hidup yang bakal kita omongin ini adalah masa – masa galau yang kita alamin di suatu momen hidup kita.

Krisis ini bisa muncul tiba – tiba aja tanpa pencetus, atau muncul karena adanya pencetus berupa perubahan yang cukup drastis di hidupnya.

(Biasanya perubahan – perubahan yang cukup memicu stress dan bikin kita mempertanyakan kenapa hidup tiba – tiba jadi tidak semenyenangkan dulu)

Yang kalau di anak – anak kedokteran biasanya terjadi pas koas.

Dan gw, sebagai manusia biasa yang cukup rentan juga dengan cobaan – cobaan hidup merasakan quarter life crisis ini disaat gw koas.

Gw pribadi mulai ngalamin quarter life crisis ini di stase ke dua gw di koas.

Sekedar info, stase pertama gw adalah stase penyakit dalam dan stase kedua gw adalah stase kesehatan masyarakat.

Sebagian besar orang yang udah ngalamin koas pasti bakal bilang:

“Woi ga usah bohong deh, pasti lu mulai stress pas di stase pertama kan? dimana – mana stase penyakit dalam pasti lebih stress lah daripada stase kesehatan masyarakat!!”   

Well,

Di 1 sisi gw setuju.

Tapi kenapa gw malah mulai stress dan kontemplasi kehidupan koas pas ikm?    

Mungkin karena dari gw pribadi gw suka dengan ilmu penyakit dalam (di moment ini cita -cita gw masih jadi dokter spesialis penyakit dalam/dokter spesialis jantung).

Dan sepertinya memang gw kurang cocok dengan lingkungan kerja dan pelayanan di puskesmas.

Ditambah lagi kebetulan saat gw kesehatan masyarakat, gw mendapatkan puskesmas yang memang sudah selalu jadi bulan – bulanan di kalangan koas FK UPH sebagai puskesmas yang paling *ehem “laknat”.

Tapi saat ini kita ga ngomongin tentang stase – stase itu.

Sekarang agenda kita adalah pengalaman quarter life crisis gw dan “gejala” apa yang gw rasakan selama menjalani quarter life crisis ini.

Kita mulai dari “gejalanya”

Kalau gw disuruh mendeskripsikan apa yang gw rasakan pas lagi ngalamin quarter life crisis ini… mungkin ya emang kalimat yang paling tepat itu “galau”ya.

Galau dengan sedikit gejala – gejala depresi ringan mungkin ya?

Terutama saat gejalanya terus gw rasain berbulan – bulan setelah pertama muncul.

Or at least that’s what google told me dulu.

“High functional depression”

Setiap hari rasanya cape, ga semangat, ngerasa kok kayaknya ga seneng sama keadaan hidup, ga pernah puas, merasa bahwa kok masa depan bakal selalu suram, yang dulu biasanya setiap hari semangat ini jadi mau bangun aja harus ekstra effort.

Dan setiap hari mikirin caranya gimana biar bisa menikmati hidup sebagai dokter kelak. yang akhirnya malah karena terlalu mikirin “apa yang mungkin terjadi” malah jadi ga bisa nikmatin hidup yang “saat ini”

I was worrying too much about the what if’s and can’t even enjoy the present

Terus gimana cara gw ngelewatin itu?

Yah, pertama yang harus gw omongin dulu: se ga enak – ga enaknya pengalaman krisis itu, tapi setelah dipikir lagi, waktu galau itu justru menjadi momen moment gw dipaksa buat berpikir dan refleksi.

Refleksi tentang apa yang sebenernya gw mau, belajar cara untuk menikmati hal – hal kecil di hidup disaat kita sedang dituntut untuk bekerja keras dan tidak mempunyai waktu luang, dan terakhir ya dituntut untuk berkembang dan menjadi lebih kuat.

The road is not going to be easier, but you get stronger.

Tapi ya pasti pas lagi parah – parahnya ngalamin quarter life crisis itu ada beberapa hal yang dari pengalaman gw pribadi cukup membantu.

Pertama passion. kalau kalian jenuh dengan keseharian pekerjaan kalian, cobalah cari sesuatu, apapun itu yang jadi passion kalian.

Passion menurut gw adalah sesuatu yang bisa kalian nikmatin dan bisa kalian asah atau tekuni bahkan di sela – sela keseharian yang melelahkan dari kerjaan kalian.

Saran gw tapi apapun passion kalian ini, cobalah sambil dicari juga cara kalian bisa mendapatkan sesuatu dari passion kalian di masa depan.

Mungkin bisa jadi branding kalian, atau bisa jadi side job kalian.

Ngomongin side-job, ini juga salah satu hal yang berhubungan dengan krisis gw.

Salah satu yang jadi beban pikiran gw adalah uang.

Apalagi kalau kita ngomongin quarter life crisis dan pekerjaan.

Karena pada akhirnya quarter life crisis sering berkaitan dengan ketidak puasan kalian dengan kondisi hidup. kondisi hidup yang paling sering dipermasalahkan terutama dengan pekerjaan.

Dan pekerjaan pada akhirnya itu adalah suatu cara kita untuk mendapat uang.

Dari dasar itu gw mengambil kesimpulan juga, bahwa memang quarter life crisis ini cukup berhubungan erat dengan keuangan atau finance.

Mungkin memang ga semua orang langsung setuju sama statement ini.

But hear me out

Kalau kita ada di kondisi dimana kita ga terlalu mengkhawatirkan uang, opsi yang bisa kita pilih untuk keluar dari quarter life crisis juga lebih banyak.

Kalau mau lebih jelas buat hal ini, kalian bisa cek blog, ig, podcast, dan twitter salah satu guru gw di

Dissectingmoney

Hmm mungkin for now cukup dulu kali yah, udah jadi panjang banget postnya.

Kalau masi ada yg kurang jelas, ato mungkin lupa gw bahas bisa kalian taruh pertanyaannya di kolom komentar yahh.

Kalau banyak yang tertarik mungkin bakal dibuat jilid 3 nya 🙂

But for now,

Ciao

By

@nicholasgabrielhr

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEnglish