Pengalaman berorganisasi selama di Fakultas Kedokteran

Sharing Pengalaman Berorganisasi Ala dr. Gilbert Sterling Octavius

Jadi, di post sebelumnya kita sudah membahas tentang pro dan kontra berorganisasi.

Sekarang, saya disini ingin membahas pengalaman berorganisasi yang mungkin dapat membantu kalian memilih untuk berorganisasi atau tidak.

Jangan lupa, kalian dapat menghubungi kami melalui email Koas2Doctor ya!

Kalian bisa bertanya atau berdiskusi apapun dengan kami!

Nah, sekarang kita akan masuk ke topik diskusi kita yaitu pengalaman berorganisasi.

Jadi, aku angkatan 2014 di Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH).

Pengalaman berorganisasi yang pertama di FK UPH adalah Center for Indonesian Medical Students’ Activities (CIMSA).

Mengapa saya memilih CIMSA?

Jujur, pada saat itu saya tidak tahu banyak menahu tentang perorganisasian di Fakultas Kedokteran.

Dulu, aku datang dengan mindset “hanya ingin belajar tentang fakultas kedokteran”.

“Raihlah IP tertinggi” merupakan mottoku.

Namun, entah kenapa hati tergelitik untuk mencoba berorganisasi.

Terdapat beberapa pilihan seperti Asian Medical Students’ Association (AMSA), CIMSA, Tim Bantuan Medis (TBM), Gamma Theta Upsilon (GTU), dan Himpunan Mahasiswa Fakultas Kedokteran (HMFK).

Karena pada awalnya aku sendiri tidak begitu tertarik masuk organisasi, jadi aku melewatkan setiap booth dan stand untuk organisasi.

Namun, di hari kedua orientasi, entah kenapa aku merasa “tertarik” untuk masuk ke organisasi.

Setelah itu, masuklah saya ke CIMSA.

Pada setengah tahun pertama, tidak ada yang begitu berkesan dari berorganisasi di CIMSA.

Hanya gathering saat perkenalan, orientasi, rapat, menjalankan acara, dan repeat.

Setengah tahun kedua, saat akan terjadi regenerasi komite pengurus, aku pun mulai tertarik dengan berorganisasi lebih lanjut.

Sehingga aku mencalonkan diri untuk mendaftar di posisi Human Resource and Developmental Department (HRDD).

Pengalamannya? Bitter sweet.

Sweet karena banyak sekali yang aku pelajari selama berada di CIMSA.

Dari cara mengurus sebuah tim, sebuah organisasi, leadership, communication skills, dan masih banyak lagi.

Pahitnya sendiri adalah karena perbedaan perselisihan pendapat.

Let me explain myself.

Masih ingat di post sebelumnya ketika kita membahas definisi dari organisasi? Bahwa organisasi adalah tempat berkumpulnya beberapa individu dengan tujuan yang sama?

Nah, ketika terjadi ketidakcocokan, akan terjadi sedikit “perseturuan”.

Singkat cerita, setahun dalam berorganisasi tersebut meninggalkan kesan yang lumayan pahit.

Sehingga, yang aku ingat dari berorganisasi dari CIMSA hanyalah kepahitan tersebut.

Namun, sekali lagi, perlu diingat bahwa ini hanyalah sharing dari pengalaman saya.

Pengalaman dan pendapat setiap orang PASTI akan sangat variatif.

Terdapat beberapa poin positif pula seperti mengembangkan projek baru, lebih terorientasi dalam hidup, serta program student exchange ke Brno.

Overall, CIMSA merupakan sebuah organisasi dengan tujuan yang jelas dengan projek-projek variatif dengan kebebasan yang melimpah.

CIMSA juga memiliki struktur organisasi nasional yang jelas sehingga tidak ada lokal nasional CIMSA yang merasa ditelantarkan.

Bagi kalian yang tertarik dengan dunia perorganisasian yang sangat aktif dalam berkomunikasi dan mengembangkan projek, AMSA/CIMSA merupakan tempat yang tepat buat Anda.

Saya sendiri aktif di CIMSA selama 2 tahun dan di tahun ketiga saya menjabat sebagai kepala divisi Peer 4 Peer (P4P) Gamma Theta Upsilon (GTU) UPH.

Gamma Theta Upsilon merupakan sebuah organisasi yang bertujuan untuk membantu adik-adik kelas yang membutuhkan bantuan lebih untuk belajar.

Namun, GTU memiliki persepsi seperti sebuah klub “luxurious” yang hanya dapat dimasuki oleh orang-orang tertentu.

Memang salah satu prasyarat untuk memasuki GTU adalah memiliki nilai yang cukup stabil dan IP yang tinggi.

Dan tidak dapat disangkal memang saya sendiri memiliki niat untuk memperindah CV dengan memasuki GTU ini.

Namun, semakin menjalani GTU, jujur saya merasa sedikit tidak nyaman dan risih berada di GTU.

Seolah-olah, organisasi ini menjadi sebuah status saja.

Tapi, perlu diingat bahwa masa tenor saya di GTU berlangsung tanpa masalah berarti, tidak seperti saat saya berada di CIMSA.

Saya memiliki tim internal kecil yang berjalan cukup baik.

Selama di GTU pun tidak terdapat banyak masalah yang berarti dan struktur internal organisasi tersebut berjalan dengan cukup lancar.

Partly, karena memang organisasi ini hanya bertujuan untuk membantu adik kelas yang kesulitan secara akademis untuk lulus.

And we did just that.

Dengan ingatan yang sedikit kabur, kalau tidak salah hanya 1 mahasiswa saja yang remedial tanpa mengulang kelas.

Meski demikian, sebenarnya masih banyak ide yang ingin saya lakukan selama di GTU walau tidak dapat terealisasikan.

Partly juga karena fokus saya berada dalam mempersiapkan IMO.

Organisasi terakhir yang saya join adalah Replika yang merupakan singkatan dari Remaja Peduli Kesehatan Sebaya.

Organisasi ini bertujuan untuk mengedukasi teman-teman sebaya (remaja) dengan memfokuskan terhadap tema remaja.

Replika sendiri baru terbentuk pada tahun 2016 dan saya merupakan salah satu anggota di dalam organisasi yang baru memiliki 8 anggota tersebut.

Namun, organisasi ini yang memiliki dampak terbesar dalam keduniaan perorganisasian saya.

Why?

Karena menurut saya, Replika merupakan salah satu contoh organisasi yang memiliki struktur dan prinsip yang benar.

Let me explain myself

Pertama-tama, Replika dibentuk karena gagasan ide seorang dokter konsultan OBGYN yang bernama dr. Dyana.

Beliau adalah pengagas Replika bersama dengan salah satu konsultan dokter anak yaitu dr. Fransisca.

Mereka berdua mencari mahasiswa-mahasiswa yang bersemangat untuk membantu remaja-remaja sebaya.

Dikarenakan mereka adalah co-founders dari organisasi tersebut, mereka memiliki sense of belonging terhadap organisasi ini.

Sehingga, mereka sangat peduli terhadap apa yang kami kerjakan dan lakukan.

Tidak pernah selama dunia berorganisasi saya merasa dirangkul oleh para perseptor dalam menghadapi dunia perorganisasian.

Kedua, karena organisasi ini baru pertama kali dibentuk dan dengan jumlah anggota yang sedikit, kami merasa dekat dengan satu sama lain.

Tidak ada ketua karena kami melapor langsung kepada dr. Dyana dan dr. Fransisca.

Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam jabatan di antara teman sebaya.

Dengan demikian, kami mengurangi konflik, kami dapat berekspresi secara bebas, dan rapat pun terasa seperti sebuah alasan untuk kami berkumpul dan bukan untuk mendebatkan siapa yang benar atau salah.

Yang terakhir, terdapat suatu perasaan kebangaan sendiri ketika Anda menjadi salah satu bagian dari founder dari organisasi tersebut.

CIMSA dan GTU merupakan sebuah organisasi yang sudah cukup lama berdiri.

Sehingga, saya tidak merasakan sense of belonging pada kedua organisasi tersebut.

Hanya sekedar “Oh, saya pernah bergabung dengan organisasi tersebut”.

Namun, dengan Replika, saya dapat mengatakan bahwa saya berada dalam organisasi ini.

Sekian sharing dari karir dan sepak terjang saya selama berorganisasi.

To be fair, saya harus menyebut organisasi SECRET UPH.

Organisasi ini mengajarkan mahasiswa/i untuk menumbuhkan semangat membuat tulisan ilmiah.

Namun, setelah 2-3 pertemuan, saya menyerah.

Well, that part is not to be followed.

Namun, pada lain kesempatan saya akan membagi kisah saya mengapa saya menjadi tertarik dengan membuat tulisan.

Sekian, dan jangan lupa untuk menghubungi kami sekiranya ada apapun yang ingin didiskusikan!

Written by: Gilbert S. Octavius
Edited by: Nicholas Gabriel H.R.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

en_USEnglish