Pemilihan Jurusan Kedokteran

Buat Yang Baru Lulus SMA – Yakin Mau Fakultas Kedokteran?

“Nak, belajar yang pinter ya biar jadi dokter”, “Jadi dokter mah enak banget ya, kerjanya ngobrol2 sebentar, tempel tempel 2 menit udah itu selesai!”. Rasanya sudah ga asing ya dengan kalimat – kalimat seperti itu?

Graduasi Anak SMA

Ya, memang dimasyarakat yang namanya dokter itu bisa dibilang menjadi salah satu tujuan akhir paling prestigius yang bisa dicapai oleh seorang pelajar.

Ironisnya adalah biasanya orang – orang yang mengatakan hal – hal diatas bahkan sebetulnya tidak tahu realitas di dunia kedokteran itu seperti apa.

Pada kesempatan ini saya ingin membagikan pengalaman saya pribadi, serta mungkin saran dan masukan bagi kalian semua yang berpikiran untuk masuk ke fakultas kedokteran dengan alasan apapun.

First of all, mari kita bahas mengenai hal yang paling sering menjadi alasan menjadi dokter: “mapan dan kaya”.

Sebentar, chill guys. Sebelum saya di cap pembohong karena satu dan lain hal, ya memang dokter itu banyak yang penghasilannya besar dan memang sebagian paling tidak dapat hidup dengan level ekonomi menengah.

Tetapi bagi kalian – kalian yang ingin menjadi dokter murni karena ingin mengincar uang, lebih baik mulai berpikir dua kali dan mencari jurusan yang lain.

Saya disini bukan mengatakan bahwa kalian tidak boleh menjadi dokter karena ingin mencari kekayaan. Saya bukan seorang idealis yang mengatakan bahwa dokter itu pelayanan, dan stigma sejenisnya.

Di sini saya menyarankan bagi kalian yang ingin menjadi dokter karena ingin mencari kekayaan untuk mempertimbangkan karir lain murni karena memang menurut pendapat saya pribadi banyak sekali pilihan karir lain yang dapat mencapai kekayaan lebih cepat dibanding menjadi dokter. Mari setelah ini akan saya bahas mengapa saya bilang seperti itu.

Mengapa menurut saya dokter itu akan kalah cepat mencapai kekayaan dibanding jurusan lain karena menjadi dokter itu membutuhkan waktu yang sangat lama.

Semua orang pasti sudah tidak asing lagi bahwa pendidikan dokter yang memakan waktu 5 – 6 tahun itu lebih lama dibandingkan pendidikan di jurusan lain.

Sampai sini biasanya mungkin orang masih mau menerima “Ah cuman beda 1 – 2 tahun terus kenapa? Seterusnya kan sudah terjamin!”.

Tidak secepat itu Fergusso.

Yang sebagian besar orang tidak tahu adalah bahwa setelah mendapat gelar dokter, kita tidak bisa langsung praktek.

Keputusannya berubah – ubah tetapi pada umumnya akan ada tambahan 1 – 2 tahun lagi periode dimana dokter itu akan “mengabdi terhadap negara”. Kalau jaman dulu disebutnya sebagai pegawai tidak tetap (PTT), kalau saat ini PTT sudah tidak wajib tetapi diganti dengan “internship”.

Pada intinya kedua keadaan tersebut adalah keadaan dimana seorang sudah menjadi dokter, tetapi mereka hanya bisa “praktek” dibawah pengawasan dan di tempat yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Oke, mungkin saat ini secara resminya kita mendapat gaji atau “bantuan hidup” dari pemerintah, tetapi bantuan hidup tersebut biasanya hanya sebesar Upah Minimum Regional (UMR) pada daerah kalian bertugas DAN bantuan hidup tersebut belum tentu cair setiap bulannya.

SELAMAT sekarang setelah selesai dengan segala internship dan urusan lain tersebut, kalian sudah resmi dapat menjadi dokter yang dapat praktek. *tepuk tangan*

SAYANGNYA ternyata saat ini menjadi dokter umum saja tidak cukup untuk mapan. Hal ini juga menjadi alasan kedua mengapa menurut saya menjadi dokter itu bukan pilihan yang bijak untuk mencari kekayaan.

Mungkin di masa lalu memang menjadi dokter umum saja sudah cukup untuk menjadi mapan. Hal tersebut karena di masa lampau menjadi dokter umum saja sudah menjadi suatu tujuan akhir karena pada masanya dokter spesialis belum sebanyak saat ini.

Selain itu, di masa lalu harus diingat belum ada suatu hal yang dinamakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kesehatan (BPJS). Don’t get me wrong menurut saya BPJS adalah suatu program yang sangat membantu masyarakat yang tidak mampu.

TETAPI kenyataannya BPJS ini sampai sekarang memang masih belum dapat memberikan kompensasi yang optimal untuk dokter, tidak seperti asuransi- asuransi kesehatan di negara yang maju.

Untuk memberi gambaran kepada kalian, dokter umum hanya mendapatkan uang jasa sebesar Rp+-3000 perak untuk satu pasien BPJS. Yes, Rp 3000,00, you read that right.

Memang, dokter umum bisa mendapatkan uang kompensasi yang cukup tinggi apabila mereka jaga malam. Pada kasus ini mungkin penghasilannya bisa dibandingkan dengan pendapatan dokter – dokter umum pada era sebelum spesialis dan BPJS dahulu.

Pertanyaannya: apakah menurut kalian semua gaya hidup yang jaga malam setiap hari ditambah praktek lagi pada siang harinya merupakan suatu gaya hidup yang layak?

Okay, sekarang mari kita bahas mengenai dokter spesialis. Di post ini saya tidak akan membahas mendalam mengenai jenis – jenis spesialiasi di kedokteran tetapi mari kita anggap bahwa spesialis yang dimaksud disini adalah semua spesialis yang (cukup) terjamin penghasilannya.

Dokter umum dapat menjadi dokter spesialis setelah menjalani pendidikan lanjutan spesialis. Pendidikan lanjutan ini sendiri akan memakan waktu 3 – 6 tahun (mungkin lebih) tergantung dari spesialisasi dan kelancaran dokter yang menjalaninya.

Lihat permasalahannya? 3 – 6 TAHUN, itu sudah seperti menjalani pendidikan kedokteran dari awal lagi, jadi jika memang SANGAT LANCAR mungkin seorang dokter akan menjadi dokter spesialis di usia sekitar 30 tahun.

Jangan salah sangka juga, 6 tahun yang dijalani ini di Indonesia kita TIDAK DIGAJI malah terkadang dari cerita – cerita yang didengar banyak terdapat “pengeluaran – pengeluaran tambahan”.

Kesimpulannya adalah, perjalanan untuk menjadi seorang spesialis sangat panjang dan penuh rintangan. Jika memang tujuan utama adalah mencari uang, banyak jalan lain yang bisa kalian ambil yang lebih pendek.

Dengan waktu yang sama untuk menjadi spesialis, lebih banyak uang yang bisa terkumpul dan usaha yang bisa dijalankan untuk mencari uang.

Jadi, sampai saat ini semua yang dibahas adalah alasan – alasan untuk tidak menjadi dokter. Sekarang mungkin banyak yang bertanya, jadi siapa saja yang disarankan untuk masuk ke kedokteran?

Jawaban yang paling idealis: bagi mereka yang memang mempunyai panggilan khusus untuk menjadi dokter dan melayani orang sakit.

Tapi pada kenyataannya kita semua tahu bahwa tidak semua yang menjadi dokter memang berjiwa melayani. Saya sendiri juga jujur bukan masuk ke kategori itu.

Saya masuk ke kedokteran karena: (1) saya memang suka dengan ilmu kedokteran, (2) saya tidak kepikiran karir lain diluar kedokteran pada saat saya harus memutuskan untuk memilih fakultas.

Jujur memang ada beberapa kesempatan saya kewalahan dan bingung atas pilihan karir saya (karena seperti tadi saya bilang, saya juga bukan orang yang memiliki jiwa untuk melayani dan menolong orang sakit).

Tetapi untuk saya pribadi, saya tertolong karena memang saya suka dengan ilmu yang bisa saya pelajari di kedokteran sehingga segala pembelajaran yang saya lakukan (paling tidak secara teori) tidak membebani saya.

Akhir kata, apapun alasan kalian untuk masuk ke kedokteran, baik itu karena uang (tidak disarankan), tuntutan keluarga, ataupun alasan lainnya lebih baik dipikirkan dahulu baik – baik.

Masuk ke kedokteran bukanlah tantangan terbesar dari perjalanan seorang dokter, itu hanyalah awal dari perjalanan yang sangat panjang dan berliku – liku dimana kalian harus selalu belajar sambil berjuang dengan jam kerja yang terbilang cukup berat (dan cukup berat merupakan sebuah understatement disini)

Pada postingan lain di blog ini saya dan teman saya akan menceritakan mungkin pengalaman – pengalaman kami selama di kedokteran, sehingga mungkin dapat memberikan gambaran lebih dalam lagi mengenai perjalanan sampai menjadi dokter.

Stay tuned dan silahkan email kami (email dapat ditemukan di “Hubungi Kami“) untuk bertanya-tanya ataupun bertukar pikiran baik tentang Fakultas kedokteran ataupun Koas!

Written by: Nicholas Gabriel H.R.
Edited by: Gilbert Sterling Octavius

2 comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDBahasa Indonesia