Dokter Tidak Akan Tergantikan Dengan Artificial Intelligence

Sebuah statement yang berani gue ucapkan bukan karena gua dokter sehingga gua bias dan berharap gua masih tetap kerja sebagai dokter, tapi melihat dari sejarah dan juga perkembangan masa depan, dokter tidak akan tergantikan dengan artificial intelligence (AI), at least not in the near to middle future.

Baca Juga: Tips Belajar (Ala dr. Nicholas Gabriel) – Edisi Koas Penyakit Dalam

Apa Itu Artificial Intelligence?

Menurut ChatGPT 3.5, definisi dari artificial intelligence atau kecerdasan buatan adalah:

“….merujuk pada kemampuan mesin atau komputer untuk melakukan tugas yang biasanya memerlukan kecerdasan manusia. Ini mencakup berbagai teknik dan pendekatan yang dirancang untuk membuat program komputer dan sistem komputer dapat “berpikir” dan melakukan tugas yang biasanya memerlukan pemahaman, penalaran, pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah manusia. AI mencakup sejumlah bidang penelitian dan aplikasi yang berbeda, termasuk:

  1. Pembelajaran Mesin (Machine Learning): Sebuah cabang dari AI yang fokus pada pengembangan algoritma yang memungkinkan komputer untuk “mengajar diri” dari data dan pengalaman. Ini termasuk pembelajaran mendalam (deep learning) yang telah menghasilkan kemajuan besar dalam pemahaman gambar, teks, suara, dan sebagainya.
  2. Pemrosesan Bahasa Alami (Natural Language Processing atau NLP): Bidang AI yang berkaitan dengan pemahaman dan pemrosesan bahasa manusia, yang memungkinkan komputer untuk berinteraksi dengan manusia melalui bahasa alami.
  3. Penglihatan Komputer (Computer Vision): Menggunakan AI untuk menganalisis dan memahami gambar dan video, termasuk pengenalan objek, pengenalan wajah, dan interpretasi konten visual lainnya.
  4. Robotika: Penggunaan AI dalam pengembangan dan pengendalian robot untuk melakukan tugas fisik yang kompleks.
  5. Sistem Pakar: Membangun sistem komputer yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pemecahan masalah di bidang tertentu, seperti diagnosa medis atau konsultasi bisnis.
  6. Otomatisasi Proses Bisnis: Menggunakan AI untuk otomatisasi tugas-tugas rutin dalam dunia bisnis, seperti pengolahan data, analisis, dan pengambilan keputusan.
  7. Kendaraan Otonom: Menggunakan AI untuk mengendalikan kendaraan seperti mobil otonom yang mampu mengemudi tanpa intervensi manusia.
  8. Gaming: Menciptakan agen AI yang dapat bermain dan bersaing dalam permainan komputer, termasuk permainan papan dan permainan video.

AI telah memengaruhi banyak aspek kehidupan kita, termasuk teknologi medis, transportasi, pelayanan pelanggan, keuangan, dan banyak lagi. Terus berkembangnya AI membawa potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan inovasi di berbagai industri, tetapi juga menimbulkan pertanyaan etika dan privasi yang perlu diperhatikan.”

Mengapa Artificial Intelligence ini Sempat Viral? Ironisnya, ketika gua mengutip definisi AI dari ChatGPT, ChatGPT ini lah sebab mengapa topik ini sempat menjadi viral dan perbincangan. Banyak yang takjub dengan keajaiban dari ChatGPT. Tidak sedikit yang menyebut teknologi ini revolusioner, dapat mengalahkan Google, and heck, bahkan Google pun langsung auto ketar-ketir ketika melihat seberapa canggih ChatGPT dan langsung meluncurkan Bard.

Tak heran, semua media pun langsung memberitakan ini dan semua orang langsung berspekulasi mengenai apa saja yang dapat dilakukan oleh ChatGPT. Banyak juga yang melakukan eksperimennya sendiri dari ChatGPT mengerjakan soal masuk beberapa universitas ternama dan lulus, memeriksa atau melakukan coding, atau yang lebih meta lagi adalah ChatGPT menjadi self-aware dan breaking the fourth wall.

Dokter Tergantikan Dengan Artificial Intelligence?

Lantas, banyak pula yang berspekulasi pekerjaan apa saja yang hilang akibat AI atau ChatGPT ini? Banyak sekali spekulasi yang beredar di luar sana di mana ada yang berpendapat bahwa pekerjaan seperti guru, data analyst atau insinyur akan hilang dan digantikan oleh AI seperti artikel ini dan ini. Bahkan, Presiden Pak Jokowi pun juga mengatakan dokter yang tidak mempelajari tentang ilmu kecerdasan buatan ini akan tertinggal.

Sehingga, tidak heran bahwa diskusi ini akan terus bergulir. Namun, gua punya beberapa pendapat yang mungkin dapat merubah pikiran kalian.

Pertama, mari kita bercermin dari pekerjaan lain yaitu akuntan. Gua ga begitu paham apa saja kerja akuntan tapi gua tau mereka bekerja dengan banyak angka dan pembukuan. Now, to me, that is a job that can be replaced with AI. Pencatatan angka, perhitungan, dan memastikan bukunya balanced itu kedengaran seperti pekerjaan yang dapat dikerjakan dengan big data. Sekarang, apakah akuntan sudah musnah? Apakah kuliah sudah tidak menawarkan S1 akuntansi?

Jawabannya kalian sudah tau sendiri. Hal ini dikarenakan dengan terciptanya automatic ledger melalui AI dan big data, pekerjaan akuntan itu tidak digantikan, namun natur pekerjaannya yang berubah. Artificial Intelligence akan menggantikan pekerjaan yang mundane atau terlalu rutin sehingga dapat mempermudah pekerjaan akuntan, bukan untuk menggantikannya.

Sehingga, bisa kita lihat disini dokter juga tidak akan tergantikan dengan AI, namun ada beberapa natur pekerjaan yang akan berubah. Contoh, mesin mungkin sekarang belum dapat mengoperasi pasien secara otonom, namun dokter dapat mengoperasikan mesin untuk melakukan pembedahan. Hal ini sudah mulai dipilotkan di Indonesia.

Poin kedua, AI selama ini sudah berkembang pesat di dunia kedokteran.

Hal sesimpel dari bacaan otomatis mesin EKG yang menginterpretasikan irama itu pun merupakan bantuan dari AI. Apakah hasil baca EKG dari mesin menggantikan fungsi dokter umum dan dokter jantung? Tentu tidak. Hasil baca mesin EKG tetap perlu dikonfirmasi oleh kita sebagai dokter. Namun, memang sayang bahwa hal ini tidak diajarkan di perkuliahan yaitu bagaimana kita mengetahui kapan untuk mempercayai bacaan kita sendiri dan kapan kita dapat mengandalkan mesin. Namun, itu topik untuk post di lain hari. Sekali lagi, kolaborasi antara AI dan dokter akan terjadi sehingga terbentuk sinergisme, namun kemungkinan AI untuk menggantikan 100% masih terlalu jauh di depan mata.

Poin terakhir, manusia memiliki kualitas lain yang belum dimiliki AI seperti empati dan kecerdasan EQ (https://id.quora.com/Akankah-kecerdasan-buatan-AI-menggantikan-dokter-di-masa-depan). Tentu tidak dapat dibayangkan bagaimana pedihnya rasa keluarga ketika anaknya didiagnosa dengan kanker stadium IV atau kehilangan seorang anggota keluarga secara mendadak. Apakah kita sudah siap menerima AI dengan nada monotonnya untuk menyampaikan berita tersebut tanpa ada rasa empati?

Gua rasa belum. Namun, disini juga poin yang penting untuk kita (dokter) semua. Kita harus mulai meningkatkan komunikasi kita. Belajar untuk mendengar keluhan pasien dan berbicara lebih sedikit (dalam kata lain, lebih sering mendengarkan pasien).

If we don’t do this, we will be replaced by AI for sure.

Sekian dulu post kali ini yang bertema dokter tidak akan tergantikan oleh artificial intelligence, kalau kalian suka topik seperti ini make sure to leave a comment or share it with your friend! Jangan lupa untuk follow instagram kami di @koas2doctor dan dengarkan podcast kami dengan handle Koas2Doctor dimanapun kalian mendengarkan podcast kalian. Otherwise, we will see you guys soon!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDBahasa Indonesia