Systematic Review Solusi Publikasi Tanpa Ribet

Systematic Review: Solusi Publikasi Tanpa Ribet?

Tulisan ini gua buat setelah gua pribadi melihat semakin banyak teman-teman di sekitar yang menulis systematic review, baik itu sebagai sebuah poster atau abstrak, ataupun sebagai publikasi baik di jurnal Scopus Q1 atau jurnal lainnya. Digadang-gadang sebagai sebuah solusi publikasi tanpa ribet mengumpulkan data primer atau sebagai sebuah alternatif membuat sebuah publikasi yang dapat dilakukan semua orang tanpa perlu pengalaman penelitian sebelumnya, disini gua akan memberikan my own opinion terhadap fenomena ini.

Baca Juga: Mengapa BRIN Tidak Mengakui Jurnal MDPI, Frontiers, dan Hindawi?

Systematic review dan meta-analisis merupakan tipe publikasi yang digadang-gadang memiliki hierarki tertinggi dalam Evidence-Based Medicine (EBM). Sehingga, tentu sangat menarik bagi mereka yang tidak pernah membuat penelitian untuk mencoba menulis sebuah systematic review atau kadang disebut juga dengan sysrev. Karena merupakan evidence tertinggi, dan artikel tipe review memiliki engagement (download dan sitasi) tertinggi, sebuah jurnal lebih cenderung akan menerima publikasi tipe ini. Dibandingkan dengan studi original yang memerlukan kecermatan, presisi, dan novelty, systematic review memang lebih menarik dan lebih cepat untuk dilakukan. Apabila seseorang tersebut sudah jago dan tidak memiliki pekerjaan sama sekali, sebuah systematic review dapat selesai kurang dari satu minggu.

Perlu gua tekankan disini juga bahwa gua tidak menghakimi orang-orang yang membuat systematic review sebagai publikasi mereka yang pertama. In fact, publikasi pertama gua adalah sebuah systematic review dan sekarang artikel itu memiliki sitasi tertinggi di antara publikasi lainnya.

Namun, dengan alasan yang akan gua paparkan dibawah ini, akan gua jelaskan mengapa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum terjebak dalam pikiran untuk membuat systematic review sebagai sebuah solusi publikasi yang tanpa ribet.

Perlu gua tekankan: Systematic Review bukanlah metode yang tepat bagi semua orang untuk membuat publikasi pertama, terutama bagi mereka yang kepepet untuk punya publikasi di dalam CV secepatnya (baca: mendaftar PPDS atau beasiswa).

Systematic review ditulis dengan cara menggabungkan beberapa paper menjadi satu, di mana paper yang digabungkan itu adalah paper-paper yang relevan sesuai dengan pertanyaan dari sang peneliti. Setelah itu, paper tersebut akan dinilai keabsahannya dan kevalidannya. Nah, permasalahannya adalah, ketika seorang peneliti tidak paham mengenai studi primer, bagaimana caranya studi yang dinilai oleh sang peneliti tersebut valid? Sebagai seorang peneliti yang sedang melakukan keduanya, terdapat hal-hal atau nuance kecil yang dapat diapresiasi ketika seseorang terjun untuk melakukannya, dan bukan hanya mengkritisinya. Terdapat perbedaan antara orang yang hanya mengkomentari sepak bola dan seseorang pemain professional yang menekuni olahraga tersebut.

Now, tentu saja sebuah systematic review tidak dapat dibuat oleh seseorang yang belum berpengalaman sama sekali. Apabila terdapat seorang mentor yang sudah tau caranya, maka tentu saja beginner ini dapat berkolaborasi atau belajar dari yang ahli. Namun, what kinda ticks me off is that pembuatan systematic review ini dianggap sebagai sebuah cara cepat atau solusi untuk melakukan publikasi tanpa harus ribet. Mengingat bahwa systematic review ini dibuat dan dibaca oleh orang banyak dan dipegang sebagai sebuah pedoman klinis bagi beberapa orang, maka tentu ada level keseriusan yang perlu dipegang secara etis disini.

Sekian dulu post singkat pada kali ini, jangan lupa untuk follow instagram kami di @koas2doctor dan dengarkan podcast kami dimanapun kalian mendengarkan podcast kalian. Tinggalkan komen, pesan, dan saran kalian di kolom komentar di bawah ini. Until then, see you guys!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDBahasa Indonesia