Perjalanan Menulis Artikel Ilmiah Untuk Publikasi Jurnal

Jangankan menulis artikel ilmiah untuk publikasi jurnal, terkadang bisa selesai skripsi tepat waktu aja sudah menjadi sebuah berkah sendiri kan (Walau jujur gua skip skripsi karena di UPH dulu ga ada skripsi). But at least, gua tau rasanya menyelesaikan tesis (dua tesis bahkan dalam waktu 4 bulan), jadi gua tau rasanya berkutat untuk menyelesaikan sebuah skripsi.

Tergantung dari pendapat kalian mengenai keharusan seorang murid dalam menulis sebuah artikel ilmiah, terkadang kita merasa tertantang untuk menulis artikel ilmiah. Apalagi, kalau kalian melihat teman-teman kalian mengupload story “Akhirnya perjuangan ini selesai juga, keterima publikasi di Q1. Terimakasih banyak Prof/Dr/dr……” atau “Puji Tuhan, keterima di jurnal ______” atau sebagainya. Melihat post tersebut, biasanya ada yang turut bangga, tertantang untuk belajar menulis, atau merasa inferior. Mengapa inferior? Karena merasa mereka adalah “The selected ones” atau segelintir orang yang memang pantas dalam menulis artikel, sedangkan kita Cuma orang-orang yang hanya mampu melihat mereka dari bawah.

Baca Juga: Apa itu Article Processing Charge (APC)?

Nah, disini gua mau cerita tentang pengalaman gue, mulai dari 0 dan slowly naik keatas sampai akhirnya gua bisa mandiri publikasi di jurnal Q2 (Q1 kalau dihitung dengan jurnal magang).

Penasaran?

Disclaimer sebelumnya, bahwa ini bukan that kind of post untuk membanggakan achievement. Peran gua disini adalah untuk sharing bahwa mahasiswa yang ga pernah skripsi aja bisa buat publikasi, 40 publikasi as per 3 Mei 2022 ini dengan jumlah sitasi 85 kali di Google Scholar. Jadi, perjalanan gue dalam menulis artikel ilmiah untuk publikasi jurnal ini dapat dijadikan sebagai learning points/motivasi kalian untuk mulai mencoba juga.

Sebelumnya, ID gua di beberapa research platform:

Tentu semua ID ini tidak nongol dalam satu malam. Apalagi isinya. Perjalanan gue untuk menulis dimulai pada tahun 2015 (Gua batch 2014 btw). Gua masih inget banget gua masih ngedorm di fasilitas UPH, dan diajak temen gue si Prio Wibisono (yang pernah nongol di podcast Koas2Doctor, so check it out) dan satu temen gua lagi untuk menulis sebuah poster literature review. Temanya pada saat itu sangat biomolekuler, tentang peranan curcuma dalam something (jujur sudah lupa).

Berbekal omongan diselingi dengan nasi goreng spesial dan es teh manis ala food court mall (yang mahal), kami pun memulai untuk menulis. And menulis we did. Dengan bimbingan yang seadanya (walau gua juga jujur lupa pada saat itu pembimbingnya siapa, mohon maaf sekali), kami mendapatkan juara empat.

Not bad, not bad (dengan nada Uncle Roger)

Setelah itu, di tahun 2016-2019 gua mencoba untuk terus menulis case report dan case series dalam bentuk poster juga di konferensi seperti lomba SPORA, KONIKA, acara neurosurgery (oral presentation pertama kalinya), dan masih banyak lainnya. Merupakan sebuah kebanggan tentunya namun dari segi perspektif kemajuan, progress dari tahun 2015 sangat minimal.

Mengapa demikian?

Karena walau kuantitasnya bertambah, artikel ilmiah yang gua tulis masih dalam kualitas yang segitu-gitu saja. Walaupun gua menyadari dari awal, the fact that gua bisa diterima di konferensi ilmiah dan mempresentasikan poster masih merupakan sebuah achievement. Prestasi yang mungkin hanya dapat dibanggakan oleh 10-15% mahasiswa/i fakultas kedokteran pada saat itu.

Sampai pada akhirnya pada tahun 2021 dan pandemi menyerang. Gua yang berencana magang di departemen anak di UPH pun batal karena pandemi ini. Gabut kan? Akhirnya gua belajar. Semua hal, terutama penelitian. Akhirnya pun gua memberanikan diri untuk membuat sebuah systematic review berjudul “Impact of COVID-19 on Adolescents’ Mental Health: A Systematic Review”. Artikel ilmiah ini gua tulis dan diterima di jurnal Middle East Current Psychiatry (Q4). Sampai saat ini, artikel ini masih merupakan artikel yang paling banyak disitasi dari semua artikel-artikel yang sudah pernah gue buat.

Lalu seterusnya? Gua magang di RSCM dan berkesempatan untuk membuat dua buah artikel lagi yang berjudul “Mortality in children with positive SARS-CoV-2 polymerase chain reaction test: Lessons learned from a tertiary referral hospital in Indonesia” yang dipublikasikan di International Journal of Infectious Diseases (Q1) dan “Clinical Features of Multisystem Inflammatory Syndrome in Children Associated with COVID-19 in Indonesia” yang dipublikasikan di Journal of Tropical Pediatrics (Q2). Di tengah-tengah dua publikasi tersebut gua juga mementor anak-anak di UPH untuk membuat artikel ilmiah bersama dan hasilnya adalah ±7 artikel lebih yang sudah kami publikasikan bersama.

Apa inti dan pesan bagi kalian yang ingin mencoba untuk menulis artikel ilmiah untuk publikasi jurnal?

  1. Belajar dan banyak membaca. Bila kalian malas membaca, find a mentor who is willing to guide you.
  2. Actually membuat artikel ilmiah. Hal yang paling tersulit dan terpenting ada pada pesan ini. Kalian pasti akan takut akan kegagalan. Takut kalau artikel kalian remeh temeh. Takut kalau artikel kalian “ditertawakan”. Kenyataannya, ga ada yang akan mentertawakan kalian. Cobalah, dan terus belajar
  3. Belajar menerima penolakan. Masih menyambung dari nomor dua, apabila artikel ilmiah kita ditolak, jangan takut untuk mencoba kembali. Cobalah terus untuk memperbaiki artikel. Lemah di bahasa Inggris? Coba dulu dengan artikel bahasa Indonesia. Lemah secara struktur artikel? Coba cari tahu mengapa dengan meminta pendapat yang lebih ahli.

Sekian dulu pesan yang bisa gua sampaikan untuk kalian semua. Kalau kalian ada pengalaman yang seru juga tentang belajar menulis artikel ilmiah untuk publikasi jurnal atau kendala yang sedang kalian hadapi, silahkan komentar saja ya dibawah ini!

Jangan lupa untuk follow instagram kami di @koas2doctor dan dengarkan podcast kami dengan channel Koas2Doctor dimanapun kalian mendengarkan podcast kalian.

1 comment

  1. Evan Einfeldt

    Someone necessarily lend a hand to make severely posts I might state. This is the very first time I frequented your web page and so far? I surprised with the analysis you made to make this particular post extraordinary. Fantastic job!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

id_IDBahasa Indonesia